Kakanwil Kemenag Sultra: Guru PAI Miliki Peran Sentral Membentuk Karakter Pelajar

KENDARIKINI.COM – Kakanwil Kemenag Prov. Sultra, H. Muhamad Saleh membuka kegiatan Pengembangan Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) pada Sekolah Umum Tahun 2025 yang mengangkat tema “Penguatan Peran Guru Pendidikan Agama Islam Sebagai Penggerak Karakter Mulia Melalui Kurikulum Berbasis Cinta dan Pembelajaran Mendalam” di Hotel Plaza Kubra Kendari, Jum’at (25/7/2025).
Hadir, Pejabat Administrator Kanwil Kemenag Prov. Sultra, Kadis Dikbud Prov. Sultra, Kepala Kantor Kemenag Kab/Kota se Prov. Sultra, Guru PAI SD, SMP, SMA dan SMK se Prov. Sultra.
Muhamad Saleh mengatakan, dalam konteks pendidikan modern yang kerap didominasi oleh capaian kognitif, pengembangan kurikulum berbasis cinta (kasih sayang, empati dan kemanusiaan) menjadi suatu kebutuhan mendesak.
Saleh menyampaikan, Kementerian Agama RI telah resmi meluncurkan Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) pada Kamis, 24 Juli 2025 di Asrama Haji Sudiang, Makassar. Peluncuran ini, kata Saleh, menjadi tonggak transformasi pendidikan Islam yang lebih humanis, inklusif dan spiritual .
‘Kurikulum berbasis cinta adalah pendekatan pendidikan yang menekankan nilai-nilai cinta kepada Tuhan, sesama manusia, lingkungan dan diri sendiri. Ini mencakup nilai kasih sayang, toleransi, empati, saling menghargai dan kedamaian,” ungkap Saleh.
Tujuan utama kurikulum berbasis cinta ini, kata Saleh, adalah membentuk peserta didik yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga matang secara emosional dan spiritual.
“Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) memegang peran sentral dalam menanamkan nilai-nilai cinta yang universal dan memebentuk katakter anak didik di sekolah umum. Melalui pembelajaran yang humanis dan transformatif, guru PAI dapat menjadi agen perubahan untuk membentuk generasi yang berakhlak mulia, toleran dan penuh kasih,” ujarnya
Saleh menyebut, Guru PAI memiliki posisi strategis dalam pengembangan kurikulum ini karena materi PAI secara langsung berbicara tentang nilai-nilai cinta kasih dan akhlak. Guru PAI dapat menyisipkan pesan moderasi, perdamaian dan antikekerasan dalam setiap pembelajaran.
Adapun Strategi Pengembangan Kurikulum Berbasis Cinta, dilakukan melalui beberapa cara. Diantaranya penguatan kegiatan keagamaan yang inklusif penuh toleransi dan kolaborasi lintas mata pelajaran untuk mengangkat nilai-nilai kemanusiaan, serta penggunaan media pembelajaran yang inspiratif dan menyentuh sisi emosional siswa.
Sedangkan implementasinya di Sekolah Umum antara lain dengan menyediakan ruang dialog antaragama dan antarsuku, melibatkan siswa dalam kegiatan sosial dan kemanusiaan dan menyusun program sekolah yang menekankan pentingnya kasih sayang, seperti “Hari Tanpa Bullying”, “Jumat Berbagi”, dan sebagainya.
Kendati demikian, penerapan KBC ini tambah Saleh, memiliki tantangan karena masih dominannya pendekatan kognitif dalam kurikulum, juga kurangnya pelatihan guru terkait pendidikan berbasis nilai.
Sehingga, Saleh menilai dibutuhkan peningkatan kapasitas guru PAI dalam pendidikan berbasis nilai dan spiritualitas, serta dukungan kebijakan dari pemerintah dan kepala sekolah untuk pendekatan holistik.
“Pengembangan kurikulum berbasis cinta melalui guru PAI bukan hanya sebatas pendekatan pedagogis, tetapi juga merupakan misi kemanusiaan. Dengan menanamkan cinta dalam pendidikan, sekolah umum akan melahirkan generasi yang tidak hanya cerdas, tapi juga berhati nurani, penuh empati, dan cinta damai,” pungkasnya.*