Berdayakan Masyarakat Lingkar Tambang, PT Vale Dukung Hadirnya Rumah Produksi Pakan Ikan Ramah Lingkungan
Manajemen PT Vale Indonesia Tbk (PT Vale) dan Pemerintah Luwu Timur menyerahkan Rumah Produksi Pakan Ikan dengan metode ramah lingkungan yang dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Karya Sipatuo Desa Balantang Kecamatan Malili, Selasa (20/06/2023). Penyerahan ditandai dengan peresmian rumah produksi pakan ikan tersebut.
Gembae, inovasi pemerintah desa Balantang, diambil menjadi nama merek dagang produk pakan ikan ini. Ide membuat produk pakan ikan merek Gembae ini lahir lewat musyawarah bersama atas masalah timbulan ikan invasif atau spesies ikan, yang keberadaan dan penyebarannya menyebabkan ataupun berpotensi merugikan ekonomi, lingkungan, dan kesehatan manusia.
Ikan Mujair dan Nila termasuk ikan invasif yang akan menjadi bahan baku produk pakan ikan tambak. ikan tersebut dianggap merugikan usaha tambak masyarakat di Desa Balantang yang merupakan mata pencaharian utama di sana. Ikan Mujair dan Nila kerap memakan benih-benih ikan bandeng maupun udang di lahan tambak masyarakat. Selain itu, ketika masa panen tiba, ikan invasif tersebut berpotensi menjadi limbah bagi lingkungan karena bau busuk yang dihasilkan ikan-ikan tersebut.
Director External Relations PT Vale, Endra Kusuma mengapresiasi hadirnya rumah produksi pakan ikan Gembae ini. Lantaran memunculkan solusi atas masalah sosial, ekonomi, dan lingkungan. PT Vale memberikan dukungan penuh mulai dari pengadaan gedung produksi, sarana mesin produksi, dan pembekalan pelatihan pengelolaan tambak pakan ikan ramah lingkungan atau tanpa bahan kimia.
“Upaya ini patut diapresiasi di tengah tantangan ide bisnis BUMDes, yang mayoritas belum berbasis masalah yang ada dan potensi tersedia di Desa. Ketekunan Kades Balantang yang didukung para pemuda dalam menggerakkan BUMDes ini, kiranya menjadi inspirasi bagi masyarakat secara luas. Bahwa kreativitas dan aksi bisa menghasilkan inovasi, dan pada gilirannya sejalan dengan mendukung indeks inovasi daerah di Kabupaten Luwu Timur,” katanya.
Endra Kusuma menuturkan, kemandrian masyarakat pascatambang terus digalakkan, agar nantinya mereka bisa menciptakan inovasi hingga lapangan kerja sendiri.
“Dan tentu ini akan membangun kemandirian masyarakat pascatambang. Karena tentu harapannya bisa memicu potensi swasembada pakan ramah lingkungan, meningkatkan Pendapatan Asli Daerah, dan masyarakat dapat berkontribusi sekiranya menjadi warisan yang berkelanjutan,” tutur Endra.
Dalam prosesnya, pendampingan aspek teknis produksi dan kontrol kualitas juga didukung oleh Badan Riset & Inovasi Nasional (BRIN). Rumah Produksi tersebut dapat menghasilkan pakan 14.400 kg/bulan atau 600 kg/hari. Pakan ikan gembae dijual dengan harga Rp8.800/kg lebih murah ketimbang pakan pabrik yang rata-rata dijual Rp 11.500/Kg.
Bupati Luwu Timur, Budiman mengapresiasi inovasi dari BUMDes Karya Sipatou Desa Balantang tersebut. Menurutnya, kehadiran rumah produksi pakan ikan tambak ini peluang alternatif penghidupan dengan peningkatan pendapatan bagi masyarakat. “Jadi sangat luar biasa, yang tadinya ikan invasif ini masalah kemudian menjadi solusi yang bernilai ekonomi,” paparnya.
“Belum lagi ini proses produksinya dilakukan secara non-kimia. Ke depan, saya membayangkan jika nanti ada yang tanya dimana beli pakan tambak yang bagus, orang-orang akan tunjuk di Balantang, BUMDes Sipatuo. Sehingga jadi ciri khas wilayah, ada pembeda dari desa lainnya. Saya kira ini sangat membanggakan,” tutup Budiman.
Bendahara BUMDes Karya Sipatou, Desa Balantang, Andi Hastuti Latif menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak, terutama PT Vale yang telah mendukung terwujudnya unit usaha ini.
“Alhamdulillah, apa yang kami harapkan sederhana, namun oleh PT Vale diberikan yang luar biasa. Di luar ekspektasi kami. Awalnya kami hanya mendambakan pabrik kecil yang kapasitas produksinya hanya 50-an kilogram. Namun ternyata didukung bisa berkapasitas 14 ribu kilogram lebih. Terima kasih PT Vale. Dan Alhamdulillah di bulan ini sejak pertama kami kali beroperasi pada Maret, itu kami sudah menghasilkan 2 ton dengan omzet sekitar Rp12 juta,” jelas Hastuti.*